Daur Ulang Plastik untuk Konstruksi Jalan

Inovasi mengenai penggunaan limbah plastik untuk konstruksi jalan memang bukanlah suatu ide yang terbilang baru. Namun, memang untuk saat ini belum banyak dikembangkan di dunia, terutama di Indonesia. Meski sempat beredar berita mengenai inovasi ini, yang mana sudah dilaksanakan di Bali, namun secara luas belum menjadi opsi utama di konstruksi jalan di Indonesia. Ke depan, dengan dikembangkannya teknologi pengolahan yang bisa lebih efisien, diharapkan inovasi ini bisa menjadi salah satu solusi untuk pengurangan limbah plastik yang semakin tahun semakin mengkhawatirkan.


Pengembangan pengolahan limbah plastik untuk konstruksi jalan pertama kali dilakukan di India oleh seorang insinyur bernama Prof Rajagopalan Vasudevan, Professor Kimia di Thiagarajar College of Engineering, Madurai. Karena jasanya mengembangkan teknologi ini, Prof Rajagopalan Vasudevan kemudian mendapat julukan The Plastic Man. Penelitian Vasudevan pertama kali dipraktekkan di lingkungan kampusnya pada tahun 2002. 

Proses yang dikembangkan Vasudevan sangat sederhana. Limbah plastik dipotong kecil-kecil menggunakan mesin. Campuran agregat dipanaskan pada suhu 165°c untuk kemudian dipindahkan ke wadah pencampuran. Bitumen dipanaskan sampai suhu 160°c untuk menghasilkan ikatan yang bagus. Monitor suhu pada setiap proses ini sangat krusial.

Limbah plastik tersebut kemudian ditambahkan ke agregat. Agregat yang sudah dicampur dengan limbah plastik kemudian dicampur dengan bitumen yang sudah dipanaskan, untuk kemudian bisa digelar di dilokasi proyek. Suhu pada saat penggelaran material ini sebaiknya pada posisi antara 110°c sampai 120°c dengan menggunakan roller dengan kapasitas 8 ton. Secara sederhana, limbah plastik yang dipakai untuk campuran aspal ini adalah 10% dari total penggunaan aspal/bitumen.

Teknologi ini kemudian dipatenkan oleh universitas tempat Vasudevan mengajar pada tahun 2006.

Tentu, karena masih dalam tahap perkembangan, teknologi pengolahan plastik untuk campuran aspal memang masih banyak kekurangan. Namun, jika benar-benar diteliti dan dikembangkan, teknologi ini akan sangat bermanfaat bagi masa depan pengurangan limbah plastik dunia.

You Might Also Like

0 komentar